Bonceng 3

Ini adalah cerita akhir penempatan, yap ini benar-benar cerita akhir penempatan, lebih tepatnya perjalanan terakhir dari Desa menuju Kabupaten lalu lanjut ke Kota dan flight menuju Jakarta.

Hari itu adalah hari aku turun (pergi dari desa) setelah resmi berpamitan dan mengantarkan Pengajar Muda penggantiku di desa (transisi). Ohya istilah kami ketika pulang pergi ke desa itu adalah “turun” dan “naik”. Yap karena desa kami berada di daerah pegunungan di lembah bukit yang diapit oleh jajaran pegunungan Sulawesi.

Desa Noke dari kejauhan

Saat turun dari desa saya tidak sendirian, saya ditemani Asep (penggerak local) yang waktu itu ikut serta menemani transisi di desa. Pagi itu cuaca mendung dan semalam hujan lebat membuat aku dan Asep getar getir untuk turun mengingat jalanan yang akan kami lewati bukanlah jalanan biasa ; terjal, licin, bebatuan dan pasti banyak longsor dan pohon tumbang karena hujan.

Hmm tapi apa mau di kata, aku gabisa lagi menunda waktu, karena sudah harus segera pulang sesuai dengan kesepakatan kelompok. Bismillah pagi itu ku yakinkan diri untuk turun dari desa ; read menuju kabupaten.

Ya benar saja sesuai dugaanku, motor yang kami gunakan beberapa kali kandas oleh jalanan yang rusak, huhu aku pun beberapa kali sempat turun dari motor karena aku takut terjatuh saking licin dan rasanya ban motor itu akan tergelincir. Aku yang menyadari ini adalah moment terakhir, sigap memegang kamera merekam jejak-jejak perjalanan, walaupu  sesekali tertampar dedaunan jalan yang mengenai wajah dan kamera.


Track jalanan yang kami lewati

Aku sangat menikmati perjalanan walaupun rasanya lutut udah cukup gemetaran, tremor ngeliat jalanan yang setiap detik rasanya menguji kesehatan jantung.

Sepatu yang kugunakan sudah basah oleh embun embun rumput dan kotor oleh percikan lumpur becek jalanan. Haha sepanjang jalan aku hanya bisa tertawa dan sesekali mengajak Asep bercerita agar ia tidak terlalu tegang membonceng ku.

Sepatuku 

Alhamdulillah kami sampai ditempat pemberhentian pertama, sebuah pondok kecil yang menjual indomie rebus di tengah hutan. Dari kejauhan kuliat banyak orang duduk singgah di pondok kecil itu, baik untuk mengisi perut maupun hanya sebatas mengisap sebatang rokok lalu melanjutkan perjuangan menerjang jalanan hingga sampai ke tujuan.

Aku menepi mencari tempat duduk, lalu kuperhatikan Asep sedang mengecek keamanan motor untuk kami melanjutkan perjalanan. Aku menarik nafas secara perlahan berusaha mensugesti diri bahwa perjalanan ini akan baik baik aja hingga sampe ke kabupaten. Ku lihat sepatu dan celana yang kugunakan sudah sangat kotor lalu kupastikan ranselku aman yang berisi laptop dan pakaian gantiku kala itu.

Pondok singgah tengah hutan

Aku dan Asep harus segera melanjutkan perjalanan, kamipun melanjutkan perjalanan. Kurang lebih 1.5 jam kami sampai di Kecamatan Kulawi Selatan (Rumah Ibu Adehana) pengawas sekolah. Sengaja aku mengajak Asep singgah dulu kerumah ibu agar Asep dapat istirahat sejenak melepas penat, sebelum melanjutkan perjalanan ke Kabupaten (Desa Bora)

Dirumah ibu Adehana aku bertemu teman-teman kelompokku yang lain yang saat itu juga sedang turun dari desa masing-masing (Ayub, Cia). Ayub dan Cia lalu ijin berangkat duluan ke kabupaten, sementara aku masih menunggu Asep yang masih terlelap tidur sekalian menunggu kabar dari Mba Esti yang saat itu belum muncul-muncul juga dirumah ibu Adehana, padahal hari itu adalah jadwal kami (Pengajar Muda) harus sudah balik ke kabupaten untuk packing dan beberes barang-barang.

Hari semakin sore, mobil tumpangan yang seharusnya ditumpangi Mba Esti ternyata sudah jalan duluan ke Kabupaten, alhasil Mb Esti kelabakan panik mencoba mencari tumpangan mobil yang lain, namun karena sudah sangat sore sudah tidak ada lagi mobil yang jalan.

Hmm aku dan Asep ga mungkin ninggalin Mb Esti sendirian, akhirnya aku dan Asep membujuk Mb Esti menawarkan “Ayoo sudah tepapa bonceng 3 kita…” walaupun saat itu rasanya ga mungkin ya… mengingat barang bawaan kami yang lumayan banyaaaak wkwk

Ibu Adehana

Tapi apa mau dikata, bismillah akhirnya kita memutuskan untuk bonceng 3 dari Kec. KulSel menuju Kabupaten (Desa Bora). Perjalanan ditempu dengan waktu kurang lebih 3 - 4 jam. Kami sangat menikmati perjalanan saat itu, sepanjang jalan kami berpapasan dengan beberapa orang yang kami kenal, lalu diteriakin “Mo pi mana bu guru”  Kasian babonceng tiga bu guru”

Yah sudah sangat biasa, ini hal yang biasa bagi Pengajar Muda untuk bonceng 3, karena keterbatasan kendaraan. Tapi utk perjalanan sejauh ini dari Kecamatan ke Kabupaten memang belom pernah dilakukan dan ga pernah terbayangkan oleh kami (Pengajar Muda) untuk melakukannya. Ini adalah perjalanan yang sangat gokil dan cukup gila yang pernah kulakukan selama menjadi Pengajar Muda wwkwkwkw

Asep, Me & Mb Esti

Karena ini perjalanan terakhir aku lebih menikmati suasana perjalanan, menoleh kiri kanan melihat bentang alam yang indah yang mungkin akan sangat sulit untuk aku temui kembali… lagi lagi aku mengeluarkan kamera ku memotret dan merekam jejak-jejak perjalanan sore itu…
My camera
Hari hujan, kami berteduh disalah satu warung pinggir jalan, lalu kami saling tatap dan saling menertawakan tingkah kami yang dapat dikatakan nekad ini wkwk, bonceng 3, muatan penuh dan aku juga Mb Esti tidak menggunakan helm kala itu wkwk

Berteduh

Perjalanan sore itu 16 Sept 2023 (H-2 penarikan) akan menjadi perjalanan yang cukup berkesan bagiku, Asep dan Mb Esti. Aku akan mengenang hari itu sebagai hari yang sangat menyenangkan, menikmati perjalanan dengan penuh suka cita ditemani kehangatan cerita sepanjang perjalanan bersama orang-orang yang tidak pernah menyerah dengan keadaaan 😉

Terima kasih Asep, Mb Esti sudah menjadi teman perjalanaku melintasi jalan trans Kulawi – Palu.

Jalan Gunung Potong (Trans Kulawi - Palu)


Komentar