Ini adalah cerita akhir penempatan, yap ini benar-benar cerita akhir penempatan, lebih tepatnya perjalanan terakhir dari Desa menuju Kabupaten lalu lanjut ke Kota dan flight menuju Jakarta.
Hari itu adalah hari aku turun
(pergi dari desa) setelah resmi berpamitan dan mengantarkan Pengajar Muda
penggantiku di desa (transisi). Ohya istilah kami ketika pulang pergi ke desa
itu adalah “turun” dan “naik”. Yap karena desa kami berada di daerah pegunungan
di lembah bukit yang diapit oleh jajaran pegunungan Sulawesi.
Desa Noke dari kejauhan |
Saat turun dari desa saya tidak
sendirian, saya ditemani Asep (penggerak local) yang waktu itu ikut serta
menemani transisi di desa. Pagi itu cuaca mendung dan semalam hujan lebat
membuat aku dan Asep getar getir untuk turun mengingat jalanan yang akan kami
lewati bukanlah jalanan biasa ; terjal, licin, bebatuan dan pasti banyak
longsor dan pohon tumbang karena hujan.
Hmm tapi apa mau di kata, aku gabisa
lagi menunda waktu, karena sudah harus segera pulang sesuai dengan kesepakatan
kelompok. Bismillah pagi itu ku yakinkan diri untuk turun dari desa ; read
menuju kabupaten.
Ya benar saja sesuai dugaanku,
motor yang kami gunakan beberapa kali kandas oleh jalanan yang rusak, huhu aku
pun beberapa kali sempat turun dari motor karena aku takut terjatuh saking
licin dan rasanya ban motor itu akan tergelincir. Aku yang menyadari ini adalah
moment terakhir, sigap memegang kamera merekam jejak-jejak perjalanan,
walaupu sesekali tertampar dedaunan
jalan yang mengenai wajah dan kamera.
Track jalanan yang kami lewati |
Aku sangat menikmati perjalanan
walaupun rasanya lutut udah cukup gemetaran, tremor ngeliat jalanan yang setiap
detik rasanya menguji kesehatan jantung.
Sepatu yang kugunakan sudah basah
oleh embun embun rumput dan kotor oleh percikan lumpur becek jalanan. Haha
sepanjang jalan aku hanya bisa tertawa dan sesekali mengajak Asep bercerita
agar ia tidak terlalu tegang membonceng ku.
![]() |
Sepatuku |
Alhamdulillah kami sampai ditempat pemberhentian pertama, sebuah pondok kecil yang menjual indomie rebus di tengah hutan. Dari kejauhan kuliat banyak orang duduk singgah di pondok kecil itu, baik untuk mengisi perut maupun hanya sebatas mengisap sebatang rokok lalu melanjutkan perjuangan menerjang jalanan hingga sampai ke tujuan.
Aku menepi mencari tempat duduk,
lalu kuperhatikan Asep sedang mengecek keamanan motor untuk kami melanjutkan perjalanan.
Aku menarik nafas secara perlahan berusaha mensugesti diri bahwa perjalanan ini
akan baik baik aja hingga sampe ke kabupaten. Ku lihat sepatu dan celana yang
kugunakan sudah sangat kotor lalu kupastikan ranselku aman yang berisi laptop
dan pakaian gantiku kala itu.
Pondok singgah tengah hutan |
Aku dan Asep harus segera melanjutkan
perjalanan, kamipun melanjutkan perjalanan. Kurang lebih 1.5 jam kami sampai di
Kecamatan Kulawi Selatan (Rumah Ibu Adehana) pengawas sekolah. Sengaja aku
mengajak Asep singgah dulu kerumah ibu agar Asep dapat istirahat sejenak
melepas penat, sebelum melanjutkan perjalanan ke Kabupaten (Desa Bora)
Dirumah ibu Adehana aku bertemu
teman-teman kelompokku yang lain yang saat itu juga sedang turun dari desa
masing-masing (Ayub, Cia). Ayub dan Cia lalu ijin berangkat duluan ke
kabupaten, sementara aku masih menunggu Asep yang masih terlelap tidur sekalian
menunggu kabar dari Mba Esti yang saat itu belum muncul-muncul juga dirumah ibu
Adehana, padahal hari itu adalah jadwal kami (Pengajar Muda) harus sudah balik
ke kabupaten untuk packing dan beberes barang-barang.
Hari semakin sore, mobil
tumpangan yang seharusnya ditumpangi Mba Esti ternyata sudah jalan duluan ke Kabupaten,
alhasil Mb Esti kelabakan panik mencoba mencari tumpangan mobil yang lain,
namun karena sudah sangat sore sudah tidak ada lagi mobil yang jalan.
Hmm aku dan Asep ga mungkin
ninggalin Mb Esti sendirian, akhirnya aku dan Asep membujuk Mb Esti menawarkan “Ayoo
sudah tepapa bonceng 3 kita…” walaupun saat itu rasanya ga mungkin ya…
mengingat barang bawaan kami yang lumayan banyaaaak wkwk
![]() |
Ibu Adehana |
Tapi apa mau dikata, bismillah
akhirnya kita memutuskan untuk bonceng 3 dari Kec. KulSel menuju Kabupaten
(Desa Bora). Perjalanan ditempu dengan waktu kurang lebih 3 - 4 jam. Kami sangat
menikmati perjalanan saat itu, sepanjang jalan kami berpapasan dengan beberapa
orang yang kami kenal, lalu diteriakin “Mo pi mana bu guru” “Kasian babonceng tiga bu guru”
Yah sudah sangat biasa, ini hal yang biasa bagi Pengajar Muda untuk bonceng 3, karena keterbatasan kendaraan. Tapi utk perjalanan sejauh ini dari Kecamatan ke Kabupaten memang belom pernah dilakukan dan ga pernah terbayangkan oleh kami (Pengajar Muda) untuk melakukannya. Ini adalah perjalanan yang sangat gokil dan cukup gila yang pernah kulakukan selama menjadi Pengajar Muda wwkwkwkw
![]() |
Asep, Me & Mb Esti |
My camera |
Berteduh |
Perjalanan sore itu 16 Sept
2023 (H-2 penarikan) akan menjadi perjalanan yang cukup berkesan bagiku, Asep dan Mb Esti. Aku
akan mengenang hari itu sebagai hari yang sangat menyenangkan, menikmati
perjalanan dengan penuh suka cita ditemani kehangatan cerita sepanjang
perjalanan bersama orang-orang yang tidak pernah menyerah dengan keadaaan 😉
Terima kasih Asep, Mb Esti sudah
menjadi teman perjalanaku melintasi jalan trans Kulawi – Palu.
Jalan Gunung Potong (Trans Kulawi - Palu) |
Komentar
Posting Komentar