"Kalau mau dibilang orang Sulawesi"

Sayur Kelor yang dimasak bersantan

“Kak Maya harus makan sayur daun kelor kalau mau dibilang orang Sulawesi” kata salah satu pegiat literasi ketika aku menghadiri undangan festival literasi di kabupaten, bukan orang Sulawesi kalo belum makan sayur kelor, hmm…

Jujur selama ini belum tau bentukan daun kelor itu seperti apa, hanya mengenalnya dalam peribahasa saja. Orang-orang sering bilang “Dunia tak selebar daun kelor” membayangkan sebesar apa daunnya pun belum pernah. “Ah, mungkin sebesar daun talas pikirku sambil mengingat-ngingat peribahasa “Ibarat air di daun talas”

Di Pontianak tempatku tinggal tidak pernah aku menemukan daun kelor sepertinya memang tidak ada pohon kelor yang tumbuh atau aku yang mainnya kurang jauh wwkwk. Tapi yang pasti baru disinilah aku melihat daun kelor dan ga tanggung-tanggung aku juga langsung memakannya.

Selain berguna sebagai penggenap peribahasa saat ulangan bahasa Indonesia, daun kelor yang mempunyai nama latin Moringa oleifera adalah sayuran pokok di daerah penempatanku. Pohonnya yang tumbuh saat musim panas serta daun dan buahnya yang enak membuat sayur kelor menjadi makanan paling populer disini dan menjadi pilihan satu-satunya ketika tidak ada lauk untuk dimakan. Apalagi tanah disini yang tidak terlalu subur sehingga tidak banyak sayuran yang bisa tumbuh. Daun dan buah kelor bisa dimasak sebagai sayur bening atau santan, wuihh mantap rasanya!

Daun yang bentuknya  kecil dan rasanya mirip daun katuk ini biasa digunakan untuk memandikan mayat bagi sebagian masyarakat di pulau Jawa atau sebagai pagar kebun saja ternyata adalah sumber makanan penting yang mengandung vitamin B6, vitamin C, provitamin A sebagai beta-karoten, magnesium dan protein  serta bisa menambah produksi ASI. Bahkan kelor dijadikan solusi penambah nutrisi alami di daerah-daerah rawan pangan dan obat tradisional di Filiphina dan negara-negara di Afrika.

Indonesia sungguh kaya. Namun belum tergali secara sempurna. Daun yang selama ini hanya digunakan untuk memandikan mayat dan dianggap sayuran terakhir ketika tidak ada lagi yang bisa dimakan ternyata mempunyai banyak kandungan gizi.

Aku berencana membawa biji daun kelor dan menanamnya di belakang rumahku jika nanti sudah selesai masa penempatan. Bukan hanya karena rasanya yang lezat namun "rasa" di hati yang menghubungkanku dengan kenangan luar biasa di daerah ini yang sudah menjadi kampung halaman kedua bagiku ; Lindu, Sigi, Sulawesi Tengah :)

Komentar