Pelepasan keberangkatan Pengajar Muda XXIII @Balai Kota Jakarta, 10/09/2022 |
Bahwa menjadi Pengajar Muda bukanlah sebuah pengorbanan melainkan sebuah kehormatan (Anies Baswedan)
Ketika seseorang
memutuskan untuk menjadi seorang guru berarti ia sedang menyediakan diri untuk
menjadi sosok yang digugu dan ditiru. Hal itulah yang terjadi pada para
pengajar muda dan guru sekolah kapal yang ada dalam Film “Teacher Diary”.
Mereka semua mengabdikan diri di sekolah dasar yang berada jauh di peloksok
negaranya.
Para pengajar
muda adalah para pemuda terbaik (katanya) yang memilih untuk mengabdikan diri
di berbagai peloksok Indonesia untuk ikut melunasi janji kemerdekaan;
mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka rela bersaing dengan ribuan pendaftar dan
meninggalkan pekerjaan yang penuh kenyamanan.
Kenyamanan yang
ditinggalkan pada akhirnya terbayar tuntas dengan pengalaman demi pengalaman
berharga yang mereka dapatkan di daerah penempatan. Mereka hidup dengan keadaan
desa, warga, budaya, dan agama yang berbeda-beda. Semua itulah yang membuat
mereka memiliki pemahaman akar rumput. Setahun menempa diri di sekolah
kepemimpinan, seumur hidup memiliki kebijaksanaan.
Kebijaksanaan
pengajar muda tampak dari keseharian mereka mengawal mimpi-mimpi anak-anak di
peloksok negeri, bercengkrama dengan warga menikmati pagelaran budaya dan
keindahan alam yang memesona, atau mencari cara untuk menghadapi tantangan yang
menempa diri. Selain itu, masih ada senyum-senyum murid yang menjadi oase di
saat gersangnya hati juga ketulusan warga desa yang menjadi pelita di tengah
gelapnya logika. Semua hal ini adalah buah manis dari perjuangan yang tak
pernah habis.
Seperti
perjuangan yang dilakukan Bu Ann dan Pak Song dalam Film Teacher Diary. Film
ini bercerita tentang perjuangan guru di peloksok Taiwan. Mereka berdua
memiliki perbedaan yang sangat ketara. Bu Ann dengan kecerdasan dan keteguhan
prinsipnya mampu menjadi guru yang baik dimana pun ia berada sedangkan pak song
dengan kegigihannya dalam belajar membuat ia menjadi guru yang berkesan bagi
murid dan warga di sekitar daerah penempatannya.
Pak song
menjemput satu persatu muridnya. Belajar sekuat tenaga mengerjakan satu soal
matematika sebelum mengajarkannya kepada keempat anak didiknya, dan berusaha
memahami bagaimana cara mendidik yang baik dari buku diary yang ditinggalkan Bu
Ann. Namun, keduanya tetap menjadi guru
yang memesona. Mereka mengajar dengan hati. Memberikan pelayanan dan kepedulian
tanpa perhitungan. Belajar dan bermain bersama murid. Menghabiskan waktu untuk
memikirkan mereka.
Begitulah kisah
pengajar muda dan guru di film “Teacher Diary”. Dua hal yang memiliki kesamaan
walaupun yang satu berasal dari dunia nyata dan dan yang satunya lagi dari
dunia imajinasi. Mereka tetap para pejuang bangsa dengan murid-murid yang
memiliki hak untuk belajar dimana pun mereka berada. Wahai para guru dan para
pejuang pendidikan dimana pun kalian berada, tetaplah berjuang dan nikmati
seluruh keindahan dan keunikan dari seluruh prosesnya. You are the best people…
Komentar
Posting Komentar