![]() |
Pinggir danau dusun Wongkodono |
Kalo ditanya kompetensi apa yang berubah signifikan setelah selesai dari
penugasan, hmm rasa-rasanya kompetensi ‘making decision’. Bagaimana tidak hampir setiap hari selalu saja ada
keputusan-keputusan yang dibuat sendiri, sesederhana keputusan akan mengajar dengan
metode apa hari itu, hmmm beberapa orang juga pasti membuat keputusan setiap
hari, tapiiiii ………. keputusan dengan tanpa teman diskusi dan kondisi serba tidak pasti akan sangat berbeda dengan kondisi ideal pada umumnya, setiap keputusan menimbulkan sensasi rasa yang sulit
untuk disampaikan dan diucapkan, banyaknya ketidakpastian membuat diri
terlatih untuk tidak menyimpan ekspektasi terhadap apapun dan kepada siapapun. Saat itu satu-satunya orang yang bisa kupercayai hanyalah diriku sendiri dan Allah swt. Trial & error membuat keputusan dengan kondisi terbatas
banyak memberi pembelajaran berharga bagi diriku.
Berikut list zuper nekad keputusan yang pernah ku lakukan:
1. Pergi ke kantor bupati tanpa helm walaupun hari itu sudah tau
ada razia polisi (terabas aja) berkat rompi sakti alhamdulillah aman.
2. Pergi
jalan kaki PP 6km ke dermaga danau, nitip surat untuk meminta kepsek jadi
pembina upacara, dan kepsek tetap aja ngga hadir di sekolah.
3. Bolak balik
setiap hari panas-panasan ke pondok sawah untuk cari sinyal, tapi zonk.
4.
Ngemper di teras puskesmas kecamatan malem-malem gelap digigit nyamuk, numpang
wifi untuk update kabar dengan teman kelompok dan penggerak lokal.
5. Nyetoppin
mobil mas-mas jualan di tengah jalan untuk nebeng ke kecamatan.
6. Dari
kecamatan ke desa numpang mobil pakbapak yang angkuts sapi.
7. Bonceng tiga dari
desa ke kabupaten dengan waktu tempuh 3 -4 jam tanpa helm, kemalaman dan
kehujanan di jalan.
8. Ketemu kepala dinas pendidikan ga pake mandi karena
kejar-kejaran dengan jadwal pak kadis yang zuper syibuk.
9. Pinjam motor tukang
kebun ke kota untuk belanja, eh pulangnya malah kecelakaan, tekorr bandar motor
masuk bengkel, belanjaan kececer dijalan (packing ulang) + kaki tangan lecet berdarah.
10. Demi pdkt dengan
dinas perpus untuk pinjem buku buat anak-anak, rela karaokean dangdut + joget.
11. Jalan kaki kurang lebih 1 jam ke desa sebelah karena ngga ada tumpangan ketinting untuk print sertifikat anak-anak dan nemuin kepsek untuk ttd.
12.
Keputusan nyebrang sore ke desa ikut rombongan kades dan istri agar dapat
ngobrol dan intervensi, alhasil kena ombak besar di danau, basah kuyup
kedinginan, kemaleman dan gelap.
13. Boncengan dengan pak kabid GTK dari desa ke
kota untuk benerin laptop karena udah ngga ada tumpangan lain, kemalaman juga kehujanan hingga
jatoh di jalan.
14. Bolak balik jalan kaki PP 6km setiap hari, cari tumpangan
ketinting ke kecamatan untuk sholat tarawih karena di dusun ngga ada
mushola/masjid.
15. Drama di datangi orang tua murid karena meliburkan anak-anak
sementara belom ulangan dan bagi raport, karena kepsek dan guru guru juga ngga
hadir hadir di sekolah sementara sudah jadwalnya kumpul kelompok di kabupaten.
16. Mengedor pintu rumah orang yang belom dikenal untuk menumpang berteduh dan
tidur (menginap) karena kehujanan dan jalanan menuju ke kecamatan putus akibat hujan deras dan longsor.
Dan masih banyak keputusan-keputusan lain yang dibuat dan tidak pernah kebayang sebelumnya untuk dilakukan, karena keadaan apapun dilakukan, beradaptasi dengan ketidakpastian. Terakhir mengutip quote yang sangat familar di kalangan PM "Kepastian adalah ketidakpastian itu sendiri"
Komentar
Posting Komentar