Pada awalnya tidak pernah terbesit dibenakku untuk berada di pelosok dusun yang jauh dari hiruk pikuk kota. Enggan rasanya keluar dari kenyamanan hidup di kota.
Dan tapi nyatanya udah hampir 2 bulan ini aku berada hidup bersama masyarakat dusun di dataran Danau Lindu. Danau yang sangat indah, danau yang menjadi sumber kehidupan masyarakat dusun. Yaps, bagaimana tidak dari danau inilah masyarakat mendapatkan ikan untuk dijadikan lauk, dari danau inilah masyarakat dapat menyebrang ke kecamatan untuk menjual hasil kebunnya dan dari danau inilah anak-anak menyebrang jauh meninggalkan rumah dan orang tua untuk melanjutkan sekolah, maklum di dusunku hanya ada Sekolah Dasar.
Bagi masyarakat Lindu, pagi adalah pertanda, bahwa ada harap disetiap jengkalnya. Selain beranjak ke sawah atau kebun, beberapa lainnya, sibuk menjemur cokelat. Cokelat yang baru mereka panen dari kebun yang jaraknya berkilo-kilo meter. Namun percayalah seberapapun jarak yang mereka tempuh, selalu ada tawa di setiap kerut yang mereka simpul.
Ketika malam datang, kehidupan di Danau Lindu mulai sunyi senyap. Disini, sudah tidak terdengar lagi suara langkah kaki orang berjalan di pelataran rumah. Gelap, menjadi sahabat bagi masyarakat. Danau Lindu (khususnya dusunku) belum dialiri listrik, bertahun-tahun PLN belum juga masuk. Warga memanfaatkan panel surya untuk menjadi penerang dikala malam. Temaram cahaya menjadi penanda bahwa ada kehidupan di balik kayu-kayu rumah mereka.
Komentar
Posting Komentar