TOXIC (TEMPAT PAMER)

Hallo teman-teman!
Assalamualaikum
Bagaimana kabarnya ? Lama tak bersua 😄

Alhamdulillah waktu berjalan cepat, tau tau Ramadhan lagi, besok lusa kita akan merayakan kemenangan bersama di hari yang Fitri. 

Puasa hari ke-4 semoga masih terjaga, on fire mengejar target amalannya. Aamiin

Hari ini saya membuat tulisan, setelah beberapa kali gagal untuk memblokir akun instagram saya. 
Ntah kenapa sulit rasanya untuk benar-benar lepas,  read (Instagram)
Tulisan ini buat dalam rangka refleksi :)
Terima kasih untuk semuanya yang masih berkenan membaca tulisan-tulisan saya yang kadang random dan semoga bermanfaat :)



Pernah ga  kita (termasuk saya) buka instagram, lalu kita lihat-lihat story instagram orang-orang, teman-teman kita dan merasa
"Hidup mereka kok seru, ya ?"
"Hidup mereka kok bahagia, ya ?"
"Hidup mereka kok mulus-mulus aja, ya ?"

Lalu kita jadi tersihir juga untuk menjadi saingan, tergoda untuk mengunggah story di instagram. Bermenit-menit kita habiskan untuk scroll stock foto di galeri. Mencoba mencari sesuatu yang seru, keren, bagus yang dapat dijadikan konten pamer bin pencitraan.

Namun hasilnya nihil, Kita tutup galeri, karena tidak menemukan foto atau video yang seru, keren dan bagus. Zonk
Waktu terbuang sia sia

Akhirnya, kita menutup aplikasi instagram dengan perasaan minder bin insecure. Hmmmm ;(


Mari mengambil jeda, berpikir sejenak secara sadar.
Lebih banyak waktu habis di sosial media.
Takjadi melakukan apa-apa karena sibuk chat dan update. 
Lalu salah siapa jika hidup kita begini-gini saja ?
Instagram kah yang salah ? 
Mari bersama-sama kita tanya ke diri kita.
Kita mengendalikan sosial media atau sosial media yang mengendalikan kita ? :(

Manusiawi apabila kita (termasuk saya) mengalami hal seperti ini. Melihat sepotong kehidupan orang lain lewat story instagram yang terlihat menyenangkan membuat kita ke trigger juga ingin memperlihatkan sisi menyenangkan dari hidup kita. 

Di instagram kita cenderung untuk selalu menunjukkan sisi keren dari hidup kita. Kenapa ?
Karena instagram memang didesain untuk jadi tempat "PAMER" untuk  men-trigger menunjukkan bagian-bagian seru, keren, bagus dari kehidupan. 

Tentu trigger itu akan berbeda ceritanya manakala instagram tidak mempunyai fitur seperti filter, like, share dan comment.

Jangan alibi akui saja mendapat banyak like itu menyenangkan ? Iyakan ? Iyain ajaaaa, ga usah nge-leees
Apalagi kalau hidup kita ga semenyenangkan tampilan feed instagram kita.
Sadar atau tidak sadar banyak dari kita (termasuk saya) sering menjadikan instagram sebagai pelarian  dari kehidupan nyata. Ya namanya juga dunia maya, biasalaah
Banyak imitasi dari aksi

Kita berpura-pura menggunakan topeng, memamerkan berbagai sisi seru, keren hidup kita. Oleh karena itu wajar saja. Harusnya biasa saja  ketika kita menemukan story dari kehidupan orang-orang, teman-teman kita yang seru, keren, menarik di instagram.

Pertanyaannya adalah bagaimana seharusnya kita memandang fenomena ini ?


Komentar