ISLAMNYA UMAR BIN KHATAB



 
Bismillah

Inilah kisah tentang seorang Amirul Mukminin. Seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yang ketika hijrah memasuki  islam, membawa catatan sejarah bagi perkembangan islam. 
Rasulullah SAW pernah berdoa “ Ya Allah, muliakanlah islam dengan Abdul Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khatab” (Doa Rasulullah untuk memperkuat ajaran yang dibawanya)

Muhammad itu sungguh jahat, bagaimana mungkin agama yang konon berisi kebaikan itu justru menyulut permusuhan dan memecah bela bangsa Quraisy. Ia telah memisahkan ibu dengan anaknya, suami dengan istrinya, kerabat yang satu dengan kerabat yang lain, karena perbedaan keyakinan yang tak bisa dikompromikan lagi. Keyakinan ini menuntut pengorbanan diluar batas akal sehat manusia. Mereka lebih mencintai keyakinan mereka daripada orangtua mereka sendiri, anak mereka sendiri, kerabat mereka sendiri serta kawan-kawan yang semula akrab tiba-tiba menjadi musuh yang sangat nyata. 
Demikian bisikan itu tergaung di dada Umar untuk semakin menguatkan tekadnya melenyapkan Muhammad.

Pedang sudah diasahnya, tajam mengkilat dan bersinar kemilau kalau terbasuh cahaya matahari. Ia sudah berniat dari rumah, begitu tubuhnya keluar dari rumah, satu hal yang ingin ditujunya, yakni membunuh Muhammad. Umar sudah mengetahui keberadaan Muhammad yang sedang berkumpul bersama para sahabat di Darul Arqam. Ditempat inilah Rasulullah mendidik generasi akarnya agar dapat menjalar dan menjadi sebuah pohon yang kuat dengan cabang, ranting dan pepohonan yang menjalar kemana-mana. Tetapi, ditengah jalan ia berpapasan dengan seseorang, yakni Nuaim bin Abdullah
“ Mau kemana kau, Umar ? tanyanya
“ Saya akan mencari Muhammad. Dia yang sudah meninggalkan kepercayaan leluhur kita dan memecah-belah Quraisy, menistakan lembaga hidup kita,  menghina agama dan sesembahan kita. Akan saya  bunuh dia!” seru Umar dengan berapi-api
“ Tidakkah lebih baik kau pulang dulu menemui keluargamu dan luruskan mereka!” saran Nuaim dengan penuh keberanian
“ Keluarga ku yang mana?” tanya Umar
“ Ipar dan sepupumu Said bin Zaid bin Amr dan adikmu Fatimah Binti Khatab. Keduanya telah memeluk Islam dan menjadi pengikut Muhammad, itu dulu yang harus kau luruskan dengan pedangmu” kata Nuaim lagi, seolah-olah ia mengatakan : percuma saja kau memerangi orang lain sedang dalam dirimu sendiri keropos, kerabatmu sendiri telah memeluk islam, ini sungguh memalukan, seakan-akan kau tak bisa memberitahunya dan hanya pintar berkoar-koar pada orang luar. 

Mendengar informasi dari Nuaim, secepat kilat ia berbalik dan hendak menemui adik perempuan dan iparnya. Ketika itu disana Khabab bin Al-Arat yang sedang memegang lembaran-lembaran Al-Quran membacakan kepada mereka surat Thaha (Khabab adalah seorang guru mengaji) 

“Thahaa, tidaklah aku turunkan Al-Quran ini untukmu agar kau menjadi susah….” (QS. Taha)

Begitu merasa ada Umar datang, Khabab bersembunyi dan Fatimah menyembunyikan lembaran-lembaran Al-Quran yang mereka baca. 
“Saya mendengar suara bisik-bisik apa itu?” kata Umar
“ Saya tidak mendengar apa-apa” jawab Fatimah berbohong
“ Tidak!” kata Umar lagi, “saya sudah mendengar bahwa kamu berdua sudah menjadi pengikut Muhammad dan agamanya!” Umar berkata begitu sambil menghantam Said keras-keras. Fatimah yang berusaha hendak melindungi suaminya juga mendapat pukulan keras. Melihat Tindakan Umar yang demikian, mereka semakin nekat dan berkata 
“Ya, kami sudah masuk Islam dan kami beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sekarang lakukan apa saja sekehendakmu!” tantang sang adik. Melihat darah dimuka adiknya itu Umar merasa menyesali apa yang telah diperbuatnya 
“Kemarikan kitab yang saya dengar kalian baca tadi” kata Umar
“ Kami khawatir akan kau sia-siakan,” kata Fatimah lagi
“ Jangan takut, “Kata Umar, kali ini yang ada dalam benaknya adalah rasa penasaran kembali. Lalu ia bersumpah demi dewa-dewanya bahwa ia akan mengembalikannya bilamana sudah selesai membacanya

“Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan yang disembah selain Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS. Taha) 

Setelah Umar membacanya, lembaran-lembaran Shuhuf itu diberikan pada Fatimah kembali. 
“Sungguh indah dan mulia sekali kata-kata ini!” Mendengar kata-kata itu, Khabab yang sejak tadi bersembunyi keluar dan berkata kepada Umar
“ Umar, demi Allah saya sangat mengharapkan Allah akan memberikan kehormatan kepadamu dengan ajaran Rasul-Nya ini. Kemarin saya mendengar Muhammad berkata “Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abdul Hakam bin Hisyam atau dengan Umar bin Khatab,” kata Khabab berusaha untuk terus memompa keimanan di dada Umar yang perlahan-lahan tumbuh

“Khabab, antarkan saya kepada Muhammad. Saya akan menemuinya dan akan masuk Islam,” kata Umar kali ini dengan suara lembut 
Khabab sangat antusias dengan sikap baik Umar dan mengatakan “Dia dengan beberapa orang sahabatnya di sebuah rumah di Darul Arqam Safa” kata Khabab menjelaskan.
Seketika itu, Umar langsung mendatangi Darul Arqam dan mengetuk pintu dengan pedangnya di tempat Rasulullah dan sahabat-sahabatnya berada.

Mendengar suaranya, para sahabat ketakutan sambil berkata “Rasulullah, Umar bin Khatab datang membawa pedang” kata seorang sahabat ketakutan
Tetapi Hamzah bin Abdul Muthalib yang kala itu sudah memasuki Islam langsung menyela 
“Izinkan dia masuk. Kalau kedatangannya dengan tujuan yang baik, kita sambut dengan baik, kalau bertujuan jahat, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri” 

Ketika itu Muhammad berkata “Izinkan dia masuk” sesudah memberi izin, Muhammad berdiri menemuinya di sebuah ruangan. Digenggamnya baju Umar kemudian ditariknyan kuat-kuat seraya berkata “Ibn Khatab, apa maksud kedatanganmu?” Rupanya kamu tidak akan berhenti sebelum Allah mendatangkan bencana kepadamu!” sebelum Umar menggertak, Muhammad lebih dahulu menggertak. Muhammad sama sekali tidak tahu bahwa kedatangan Umar sudah berada dalam keadaan luluh oleh Cahaya Islam dan mulai bersemi dihatinya.

“Rasulullah”, kata Umar dengan terbata- bata “Saya datang untuk menyatakan keimanan kepada Allah dan kepada Rasul-Nya serta segala yang datang dari Allah,” jawab Umar menyelesaikan kalimatnya. Ketika itu juga Muhammad bertakbir, yang oleh sahabat-sahabatnya sudah dipahami bahwa Umar masuk Islam. Hari itu doa nabi Muhammad SAW terkabul, ternyata Allah telah memilih Umar bin Khatab daripada Abdul Hakam bin Hisyam, dua orang laki-laki ini sama-sama berkepala batu, sama-sama jago perangnya, sama-sama memiliki fisik  yang kuat, bertubuh liat, berotot kekar, tetapi untuk urusan kebenaran ada dua hal yang saling bertolak belakang dari keduanya.

Umar perlahan-lahan mendekati kebenaran yang disampaikan Muhammad setelah ia takjub dengan susunan Al-Quran yang indah bermakna mendalam. Adapun Abdul Hakam makin menunjukkan sikap permusuhan yang keras, pikirannya makin gulita, hatinya makin keras membatu, tidak pernah sedikit pun mencerna kebenaran yang nampak disekelilingnya. 
 
Ketika menyebut nama Umar bin Khatab. Tak ada satu pun penduduk Mekah kala itu yang tak gemetar jika namanya disebutkan. Tak seorang pun dari mereka yang berani mencari urusan dengan makhluk Allah yang satu ini. Sahabat Rasulullah yang dikenal pemberani ini memang memiliki watak yang keras, sekeras dan sekuat keimanannya. Terbukti, di bawah kepemimpinan jenderal besar penerus kekhalifaan Abu Bakar ini, Islam sanggup menaklukan Persia dan meluluhlantakan pasukan besar Imperium Romawi. Dua negara adidaya dunia kala itu, dua pusat kebudayaan dunia yang diagung-agungkan. 

“Islamnya Umar suatu pembebasan. Hijrahnya suatu kemenangan. Dan kepemimpinannya adalah rahmat yang tak terkira” (Abdullah bin Mas’ud) 

ALASAN MEMILIH CERITA
Pada saat ini sangat jarang dan susah sekali menemukan orang yang berani bersuara secara lantang untuk menyebarkan kebaikan. Sudah seharusnya kita dapat mencontoh keberanian dari Umar bin Khatab yang sudah sangat berani dan lantang mengabarkan keislamannya dan meyakinkan Rasulullah bahwa yang benar tetap benar dan yang salah tetap salah.
Sehingga Umar mengajak Rasulullah berdakwah secara terang-terangan di Mekah setelah Umar memasuki Islam. Dan semenjak masuknya Umar, umat muslim di Mekah berani berdakwah secara terang-terangan dan tak perlu bersembunyi sembunyi ketika beribadah.
Semoga kita dapat menjadi orang yang selalu mengenggam kebenaran dan berani menyuarakannya. Amiin ya rabbal alamin 


  

Komentar