MANAJEMEN EKSPEKTASI


Hallo teman-teman !
Terima kasih sudah sangat setia membaca tulisan-tulisan saya selama ini J
Ini adalah tulisan saya yang kesekian kalinya. Harap maklum ini masih amatiran banget nulisnyaaa hihii.

Akhir-akhir ini saya sedang belajar memaksakan diri untuk menulis, karena saya pernah mendengar “Jika kita ingin dikenang maka menulislah, karena tulisan akan abadi sekalipun kita telah tiada”
Oleh karena itu saya menulis agar dapat dikenang dan berbagi kebaikan melalui tulisan-tulisan ini. Amiin
Kenapa harus dipaksakan?
Yang pertama saya meyakini,  hal baik terkadang memang perlu dipaksa untuk melakukannya, jangan manjakan diri kita dengan kemalasan! Jika kita selalu menjadikan kemalasan untuk mendominasi kehidupan kita, hidup kita tidak akan berubah!
Yang kedua karena memang kurang berbakat menulis dan,
Yang ketiga karena memang kurang adanya dorongan untuk menulis.
Kali ini saya tergerak menulis tentang satu materi yang rasanya sangat penting untuk kita pelajari bersama-sama yaitu “Manajemen Ekspektasi”. Materi ini sangat jarang saya dapatkan dan mungkin teman-teman juga sangat jarang mendapatkannya . Sewaktu maba saya hanya mendapatkan pembekalan materi ; Manajemen Diri, Manajemen Organisasi & Manajemen Waktu. Nyatanya selama menjalani kehidupan sebagai mahasiswa hingga pasca kampus, saya merasa manajemen ekspektasi sangatlah penting! Saya sangat merekomendasikan diri saya dan teman-teman untuk mempelajari materi ini!
Kita sering dihadapkan perasaan bimbang, ragu dalam mengambil suatu keputusan atau tantangan atau challenge yang diberikan kepada diri kita (Quarter Life Crisis)

-          Kurang berani,
-          Tidak percaya diri,
-          Takut kecewa dll

Nyatanya semua hal itu belum tentu terjadi!
Lalu kenapa bisa ada kekhawatiran-kekhawatiran seperti itu?
Jawabannya karena EKSPEKTASI.
Dan ekspektasi itu lahir dari dalam diri & pikiran kita sendiri, itulah kenapa ada kata motivasi yang mengatakan “Jika anda ingin sukses, kalahkan diri anda sendiri”!

Kita selalu megkhawatirkan  EKSPEKTASI yang mungkin akan berbenturan dengan REALISASI. Hati-hati berekspektasi. Salah langkah akan membuat kita kecewa. Kecewa dan bahagia itu sebenarnya reaksi atas selisih antara ekspektasi dan realisasi. Seringkali kita anggap ekspektasi tidak bisa kita kendalikan. Padahal, tentu bisa!

Terutama berekspektasi terhadap orang lain.
Menganggapnya lebih dari kapasitasnya atau berharap ia merespon sesuai dengan harapan kita. Ternyata gak semua itu berakhir bahagia, jika tak sesuai ekspektasi kita.
Ada seseorang teman berkomentar langsung ke saya “Wah ternyata Maya aslinya begini yahh”. Entah apakah saya sesuai atau tidak dengan ekspektasinya. Tapi sesungguhnya berhati-hatilah membuat ekspektasi.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan berekspektasi, tapi kita harus yakin bahwa kita siap menghadapi realisasi seminimal apapun.

Dengan  adanya manajemen ekspektasi, seharusnya syukur dan sabar bisa lebih mudah kita tempatkan. Jika manajemen ekspektasi sudah kita lakukan segera setelah melakukan sesuatu hal, maka kita akan berada pada posisi selalu bersyukur dengan kondisi apapun yang diterima pada saat realisasi.
Jika manajemen ekspektasi dilakukan setelah kita menerima realisasi, maka disinilah peran sabar.
Kita akan melihat lebih dalam lagi tentang keadaan hati kita ketika berekspektasi, yaitu evaluasi dan refleksi.

Dimana letak ikhlas? Yaitu, ketika kita berusaha melakukan manajemen ekspektasi itu sendiri. Betapa nikmatnya, jika kita berhasil mendapatkan hikmah atau pembelajaran dari ekspektasi.

Pointnya adalah apapun yang akan terjadi, apapun realisasinya, bahwa sasaran yang kita tuju adalah Dia. Maka, kecewa tidak akan terjadi. Maka, syukur akan selalu menghiasi hati
Hati-hati  berekspektasi jika indikatormu adalah penilaian manusia, karena itu di luar kontrol kita!

Sekian!
Semoga bermanfaat J

Komentar