WONGKODONO

Sore ini sengaja aku pergi sendirian ke ladang tanpa ditemani murid-muridku seperti biasanya.
Ya…aku sengaja pergi diam-diam tanpa memberitau atau meminta mereka temani. Kalau mereka tau sudah pasti mereka akan berbondong-bondong mengikutiku dan menjagaku sepanjang jalan, percis seperti arakan pengantin kalau diliat dari kejauhan wkwk

Kali ini aku ingin tenang tanpa ada murid-muridku, duduk tenang di pondok ladang ; melihat hamparan padi, kebun coklat, kebun jagung, hutan serta mendengar kicauan burung dan lebah :)

Gambar 1.1 Pemandangan di ladang 

Jikalau murid-muridku ikut, dapat kupastikan tidak mungkin aku dapat membuat tulisan ini. Aku pasti telah disibukkan menenangkan mereka agar tidak berisik dan atau aku sibuk memikirkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mereka yang beragam, ini dan itu xoxo
"darimana asalku, apa makanan kesukaanku"
Mereka memiliki beribu pertanyaan untuk tau tentang diriku, mungkin begitulah kalau menjadi orang baru diantara mereka. Yaps betul, aku baru saja seminggu tinggal (hidup) bersama mereka di dusun Wongkodono 

Gambar 1.2 Pondok Ladang

W-O-N-G-K-O-D-O-N-O nama yang sangat asing bagiku, aku baru mendengarnya saat pembagian desa penempatan ketika pelatihan. Aku yakin teman-teman yang membaca tulisan ini juga pasti belum pernah mendengar nama dusun tersebut, yaps kita sama…tossss!!

Gambar 1.3 Welcome Dusun III Wongkodono, Desa Langko

Sudah seminggu aku tinggal di dusun Wongkodono, dusun yang tidak pernah aku dengar namanya dan bahkan ketika aku mencari informasi terkait dusun tersebut, aku sangat sulit menemukannya. Aku hanya mendapatkan informasi lewat potongan-potongan cerita (spoiler) dari Pengajar Muda sebelumku.
Dusun ini unik dan menarik, oleh sebab itu aku memutuskan untuk menceritakannya lewat tulisan ini, agar teman-teman tau dusun yang menjadi tempat tinggalku setahun kedepan :)

Dusun Wongkodono adalah satu-satunya dusun jauh (seberang danau) di desa penempatan ku, Desa Langko. Sebuah desa yang terletak di Kec. Lindu, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah. Teman-teman akan melewati hutan dan danau untuk menjangkaunya, memerlukan waktu 3 jam jalur darat dan 30 menit jalur air (danau)  untuk sampai di Wongkodono dari kota Kabupaten (Bora). 

Gambar 1.4 Perahu

Wongkodono terletak di dataran tinggi berdanau. Dusun yang berada didaerah pegununungan dan danau, danau Lindu namanya. Danau yang menjadi icon kabupaten Sigi, danau yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu. 

Gambar 1.5 Gateway Taman Nasional Lore Lindu

Wongkodono dikelilingi hutan lebat, belum terjamah listrik (PLN) dan jaringan seluler (hanya titik-titik tertentu). Masyarakat memanfaatkan panel surya untuk mendapatkan aliran listrik dan menggunakan Hp Nokia untuk mengirim sms atau telpon, hanya Hp Nokia yang dapat menangkap jaringan seluler di Wongkodono :)

Gambar 1.6 Panel Surya


Gambar 1.7 Hp Nokia 

Karena berada di daerah pegunungan suhu udara Wongkodono sangat dingin, rata-rata 27/12 Celcius. Sumber air berasal dari pegununungan dan sangat dingin, percis seperti air es. Masyarakat menggunakan air untuk mandi, memasak dan toilet. 
Masyarakat sebagian besar bekerja sebagai petani. Komoditas unggulan nya adalah cokelat, kiri kanan rumah ditanami pohon cokelat, dan aku kerap kali melihat masyarakat menjemur biji cokelat setiap hari di halaman depan rumah bahkan di halaman depan sekolah. 
Gambar 1.8 Kebun Cokelat

Gambar 1.9 Biji Cokelat

Masyarakat 100% memeluk agama nasrani, aku menjadi satu-satunya muslim di dusun ini. Mereka berasal dari suku Uma dan sehari-hari menggunakan bahasa Uma. Menjadi PR ku saat ini untuk mempelajari bahasa Uma. Kehidupan disini sangat sederhana, untuk memasak mengunakan kayu bakar, sayur dan buah diambil dari kebun masing-masing. 

Gambar 2.1 Dapur (Perapian)


Ohya, sajian khas Lindu adalah Ikan Mujair. Ikan Mujair sangat berlimpah ruah di danau Lindu. Teman-teman belum datang ke Lindu kalau belum memakan ikan Mujair. Hampir setiap hari aku memakan ikan Mujair, pengolahannya juga sangat beraneka ragam ; goreng, bakar, rebus, dikeringkan, disalai dan sebagainya :)


Gambar 2.2 Ikan Mujair


Masyarakat Wongkodono kaya akan kesederhanaan, kaya akan kekeluargaan dan kaya akan jalinan silaturahmi antar sesama. Kekayaan itu yang dengan tulus mereka bagikan. Mereka mengajarkan diri ini untuk merasakan kebungahan hati melalui berbagi. 
Saya bersyukur dianugerahi kesempatan untuk belajar di Dusun ini. Alhamdulillah. Terima kasih, Yang Maha Baik. 

Tertanda, 
Wongkodono, 27 Sept 2022

Komentar

Posting Komentar